Budidaya Jamur Tiram

Merawat Jamur di Musim Panas


Sudah beberapa minggu ini udara semakin tidak bersahabat dengan budidaya jamur. Udara yang panas dengan angin yang kering membuat kelembapan kumbung jamur menjadi tidak terjaga. Saat seperti ini petani jamur harus memulai bekerja lebih keras agar budidayanya tetap bisa berkembang baik.

















Dampak dari udara panas untuk budidaya jamur tiram adalah :


1. Kondisi kumbung yang lembab menyebabkan calon bakal buah yang sebenarnya bisa tumbuh menjadi kering, dan mati.
2. Tubuh buah yang berhasil tumbuh, tumbuhnya tidak akan maksimal (kecil-kecil)
3. Kondisi baglog menjadi kering, jadi miselium sulit tumbuh di permukaan yang kering.

Solusi untuk mengatasi keadaan ini adalah :

1. Lakukan penyiraman dengan intensitas lebih sering (4 – 5 kali sehari), untuk mengkondisikan kumbung menjadi lebih lembab.
2. Beri kain pada sekeliling kumbung bagian dalam, dan basahi kain pada setiap penyiraman.
3. Tutup selalu jendela atau pintu kumbung.

Semoga dengan solusi ini dapat membantu pengunjung semua dalam membudidayakan jamur.


Rumah/Kumbung Jamur Tiram


Setelah baglog kita inkubasi dan sudah ditubuhi misellium, maka saatnya kita memindahkannya ke dalam kumbung/rumah jamur.

syarat pembuatan rumah jamur :

* Mempunyai sirkulasi udara yang baik
* Dapat menjaga kelembapan udara.
* Lebih baik berlantai semen/ubin bukan tanah.
* Ukuran rumah jamur disesuaikan dengan luas area yang kita miliki namun sebaiknya jangan terlalu besar karena untuk memudahkan perawatan kebersihan rumah jamur

Bahan yang digunakan :

Pada umunya pembudidayaan jamur di Indonesia menggunakan bahan dasar bambu yang dibuat semi permanen.

contoh gambar rumah jamur




















Namun jika kita melihat dari negara tetangga rumah jamur dibuat menggunakan bahan plastik mulsa, dan paranet. Plastik mulsa mampu menjaga kelembapan karena sifatnya yang memantulkan cahaya matahari. dan paranet untuk sirkulasi udara yang baik dan tetap mampu menghalangi masuknya serangga.

contoh gambar :
















Baglog diletakkan pada rak2 yang ada di dalam kumbung. skema rak dapat dilihat di bawah ini atau silahkan klik di sini





















Nutrisi Jamur

Sebagaimana makhluk hidup lainnya, jamur pun membutuhkan nutrisi untuk bisa tumbuh gagah, cantik, dan sehat.
Dalam pembuatan media jamur digunakan bahan – bahan sebagai berikut :

* Grajen kayu yang mengandung selulosa, lignin, pentosan, zat ekstakrktif, dan abu.


Sebagai media utama grajen kayu juga harus ditambah bahan lain untuk melengkap kandungan unsur – unsur yang dibutuhkan oleh jamur antara lain :

* Bekatul yang kaya karbohidrat, karbon, dan vitamin B komplek yang bisa mempercepat pertumbuhan dan mendorong perkembangan tubuh buah jamur.
* Kapur berfungsi mengontrol pH, selain itu kapur juga mengandung kalsium sebagai penguat batang/akar jamur agar tidak muda rontok.
* Gips (CaSO4) dapat memperkokoh struktus suatu bahan campuran.

Seiring dengan berjalannya pembudidayaan biasanya setelah pemanenan yang ke 4 jamur yang tumbuh akan lebih kecil dari panen-panen sebelumnya. Hal ini dikarenakan nutrisi yang ada dimedia sudah berkurang karenasudah dimakan kakak – kakak jamur yang tumbuh di awal pembudidayaan.

Solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menambahkan nutrisi dari luar, dikarenakan jamur sudah kondang menjadi tanaman organik, maka sebisa mungkin jangan menggunakan pupuk buatan yang mengandung bahan kimia. Namun jika ingin menggunakan pupuk buatan pabrik ya tidak apa-apa yang penting sesuai aturan, gunakan pupuk yang kandungan Na nya tinggi.

Contoh Rak Untuk Jamur Tiram / Kuping

Penataan rak pada jamur tiram ada 2 macam yaitu : penataan baglog berdiri dan penataan baglog tidur.

Baglog berdiri :

Penataan baglog berdiri sangat cocok dilakukan jika di daerah yang dingin. Namun kurang cocok jika daerahnya panas karena penataan baglog berdiri mengakibatkan penguapan yang tinggi. Untuk baglog berdiri rak yang digunakan seperti gambar di bawah ini :


















Ukuran rak menyesuaikan ukuran kumbung, ukuran di atas saya asumsikan ukuran kumbung 3 m x 7 m sehingga dalam satu kumbung ada 3 rak.











Foto sebenarnya






















Baglog Tidur


Penataan baglog tidur bisa dilakukan di daerah panas maupun dingin. Penataan seperti tidak memakan tempat juga tidak banyak memakan biaya dalam pembuatan rak.

Penataan baglog ditata rebah(tidur) di atas rak dengan posisi satu baris tutupnya menghadap ke jalan, dan baris berikutnya tutup menghadap ke sebaliknya, dan seterusnya.





















Gambar dari jamursejahtera





















Gambar dari jamursejahtera



Peluang Pasar Internasional


Tradisi mengonsumsi jamur sudah berjalan sejak lebih dari 1.000 tahun yang lalu. Hampir seluruh penduduk di berbagai belahan bumi ini pernah merasakan nikmatnya masakan yang berasal dari jamur. Bahkan, masyarakat di negara maju sudah mewajibkan untuk mencantumkan jamur di dalam daftar belanja bulanan mereka. Dengan demikian, kondisi ini menciptakan pasar internasional yang cukup besar.



Walaupun Indonesia termasuk terlambat ikut bermain di pasar jamur internasional karena baru mulai melakukan ekspor pada dekade 1970-an, peranannya sebagai pemasok jamur sudah mendapat pengakuan dari sesama negara produsen jamur konsumsi. Pada masa kejayaannya, sebuah perusahaan jamur di Wonosobo, jawa Tengah, pernah tercatat sebagai produsen jamur terbesar di Asia Tenggara. Hampir sebagian besar produksi mereka diekspor ke Amerika Serikat, Kanada,TimurTengah, dan Jepang.

Kapanlagi.com – Pasar jamur dunia sangat besar, namun Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi hanya mampu memasok 0,9% saja dari pasar dunia, angka tersebut sangat kecil jika dibanding dengan China yang memasok 33,2% Pasar jamur dunia.

“Produksi jamur Indonesia sudah rendah, volumenya juga terus menurun, padahal kalau dikembangkan jamur ini sangat potensial bagi perekonomian Indonesia,” kata Dirjen Hortikultura Deptan, Dr Ahmad Dimyati MS dalam Workshop tentang Pengembangan Produk dan Industri Jamur Pangan Indonesia di Jakarta, Senin (1/8).

Ia mengatakan, jika pada 2000 volume ekspor jamur Indonesia mencapai 29,33 juta ton pada 2003 justru menurun menjadi 16,1 juta ton, demikian pula nilai ekspornya pada 2000 mencapai US$3,66 juta, namun 2003 hanya US$1,72 juta.

Sebaliknya volume impor yang pada 2000 hanya 1,47 juta ton dengan nilai US$0,39 juta, pada 2003 volume impornya naik menjadi 1,54 juta ton dengan nilai US$0,68 juta.

Menurut Dirjen, ini patut disayangkan karena berarti nilai konsumsi dunia yang semakin besar tidak bisa dipasok oleh potensi dalam negeri yang semakin ‘melempem’, sebaliknya pasar domestik yang meningkat makin dikuasai oleh jamur impor.

Indra mengatakan, budidaya jamur sebenarnya relatif mudah, waktu panennya cepat, apalagi lahan di Indonesia juga sangat tersedia, karena itu memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan perlu dikembangkan.

Dikatakan, ketidakberdayaan industri jamur nasional disebabkan berbagai hal seperti produsen benih yang terbatas, tidak adanya standarisasi dan jaminan kualitas bibit, teknologi produksi yang belum dibakukan, tempat pembiakan jamur yang kurang higienis serta penanganan pasca panen yang sederhana.

Selain itu, terbatasnya permodalan petani, bank yang belum mendukung serta prosedur yang berbelit, sehingga penjualannya dikuasai tengkulak. Penyebab lain tidak tersedianya profil atau informasi komoditas yang menyeluruh yang dapat dimanfaatkan para pelaku bisnis jamur.

Karena itu, produksi jamur Indonesia memerlukan penataan dari mulai rantai pemasok hingga ke gerai domestik dan luar negeri, peningkatan kerjasama dan koordinasi, peningkatan ketrampilan SDM, penelitian dan transfer teknologi, memfasilitasi kemitraan petani dan pengusaha sampai eksportir, hingga permodalan.

Sementara itu, Deputi bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Dr Wahono Sumaryono mengatakan, target ke depan volume dan nilai produksi jamur Indonesia harus naik. Ada dua jenis pasar jamur yang akan dikembangkan, yakni pasar jamur untuk pangan dan jamur untuk farmasi.

“Kasarnya, misalnya ditargetkan untuk ke pangan 70% dan farmasi 30%, karena pasar jamur untuk pangan jauh lebih besar meski nilainya rendah, sementara pasar farmasi kecil meski nilainya tinggi,” katanya.

Dari 15 jenis jamur yang telah dibudayakan dunia, jamur pangan yang cocok dibudidayakan di Indonesia antara lain jamur merang dan jamur kayu, sedangkan jamur untuk farmasi adalah dari spesies schyzophilosis dan spesies lentinus.

“Manfaat dari jamur-jamuran rata-rata sebagai ‘imunomodulatorillah’ atau perangsang meningkatnya daya tahan tubuh, karena itu selain sebagai pangan juga diharapkan sebagai obat-obatan atau suplemen,” kata Wahono.


Peluang Pasar Domestik


Penduduk Indonesia yang saat ini berjumlah lebih dari 200 juta, merupakan pasar yang sangat besar untuk pemasaran jamur konsumsi. Terlebih lagi, jika budaya mengonsumsi jamur bisa dikembangkan seperti di negara-negara maju yang masyarakatnya sudah sangat menggemari masakan dari jamur.

Menurut data yang dibuat BPS (Badan Pusat Statistik), konsumsi sayur masyarakat Indonesia pada tahun 2002 tercatat sebesar 30,8 kg/kapita/tahun. Badan kesehatan dunia (FAO) menyatakan bahwa jumlah konsumsi sayuran untuk memenuhi standar kesehatan adalah sebesar 65 kg/kapita/tahun. Dari kedua data tersebut terlihat bahwa konsumsi sayur masyarakat Indonesia belum separuhnya dari rekomendasi FAO. Kondisi inilah yang menjadikan peluang usaha jamur konsumsi di dalam negeri masih sangat terbuka lebar.

Namun, mengingat harganya yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan sayuran lain, pasaran jamur konsumsi di Indonesia masih terfokus di kota-kota besar dengan konsumen tertentu. Permintaaan jamur konsumsi biasanya datang dari rumah makan, hotel-hotel berbintang, rumah makan vegetarian, dan restoran kelas atas yang menyediakan menu olahan jamur.

Sementara itu, di Solo, seorang pengusaha katering skala menengah membutuhkan sedikitnya 200 kg jamur/minggu. Jika di Solo terdapat minimum 10 katering skala menengah seperti ini, kebutuhan jamur mencapai 2.000 kg /minggu.

Kebutuhan tersebut baru untuk memenuhi permintaan jamur segar. Padahal jamur konsumsi tidak hanya dipasarkan dalam keadaan segar, tetapi juga dapat diolah lebih lanjut menjadi produk olahan siap saji seperti keripik atau abon. Produk-produk tersebut selain meningkatkan nilai tambah juga merupakan perluasan pemasaran untuk menjaring lebih banyak konsumen.






Budi Daya Jamur Menguntungkan


Lama-kelamaaan, kegiatan pembudidayaan jamur konsumsi menciptakan sebuah pekerjaan baru di bidang pertanian yang selama ini belum dikenal masyarakat petani di Indonesia. Membudidayakan jamur konsumsi, khususnya jamur kuping, tiram, dan jamur merang, mendatangkan keuntungan yang sangat menggiurkan baik dilakukan dalam skala kecil maupun besar. Hal ini tidak terlepas dari tingginya permintaan dan nilai jual ketiga jamur tersebut. Selain itu, budi daya jamur kuping, tiram, dan jamur merang memiliki beberapa keuntungan komparatif dibandingkan dengan budi daya tanaman sayur komersial lainnya. Keuntungan itu meliputi aspek ketersediaan bibit, media tanam, lokasi dan luas lahan untuk pembudidayaan, serta harga jual yang tinggi. Berikut ini penjelasannya.

1. Bibit atau biakan murni ketiga jamur ini mudah didapatkan di Indonesia. Beberapa perguruan tinggi, seperti Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Gajah Mada (UGM), telah menyediakannya.



















Sejarah Budi Daya Jamur


Pada awalnya, pemenuhan kebutuhan manusia terhadap jamur konsumsi hanya mengandalkan kemurahan alam. Dengan cara seperti ini, jumlah jamur yang didapat sangat terbatas dan hanya pada musim tertentu bisa diperoleh. Di Indonesia, jamur hanya tumbuh secara alami pada musim hujan. Inisiatif pembudidayakan jamur konsumsi dilakukan saat kebutuhannya terus meningkat, sedangkan persediaan di alam semakin terbatas. Berkat pengamatan dan ketelitian mempelajari cara hidupnya, manusia berhasil membudidayakan membudidayakan jamur konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat setiap saat.Dalam sejarah pembudidayakan jamur konsumsi , Prancis boleh dikatakan sebagai pionir atau pelopornya. Sekitar tahun 1650.